21/08/16

Berburu Rambutan Sepuluh Ribu





Ini cerita tentang kepulangan gue ke rumah ke tiga. Iya, Natuna. sebenarnya masih belum ingin kembali ke sini. Bukan, bukan karena gue gak suka dengan keadaan di sini. Cuma… Cuma… ya 12 hari kembali ke tempat-tempat di masa lalu, bertemu dengan orang tersayang, berbagi mimpi yang dulu pernah digoreskan bersama, rasanya belum cukup untuk kembali menyendiri. Bukan pula karena di Natuna gue gak punya teman, tapi apa ya? Kadang kala gue merasa asing dengan bahasa daerah di ini. Gue seolah gak bisa menjadi diri sendiri menggunakan bahasa sehari-hari gue. Contohnya mana pernah gue mengucapkan kata “gue” di sini. *ups, ini kenapa gue jadi curhat ya?* bhahaha
Oke, lanjut cerita kembali ke Natuna, gue disambut mbok-mbok jamu bernama jeng Fenty *tiba-tiba dimutilasi sama fenty* :P Fenty ini adalah salah satu pengajar muda yang ditempatkan di Natuna *Cie, Fenty eksis di blog gue, cie* :P Selain disambut turis jepang ini, gue juga disambut oleh aroma durian di sepanjang jalan pulang, dan mata  gue disuguhkan pemandangan menggelantung buah manggis, rambutan dan beberapa buah tropis lainnya. Ternyata kepulangan saya kali ini ke Natuna memasuki musim buah yang cukup melimpah. Setelah selama hampir 8 bulan gue hanya dapat menelan buah pisang dan semangka. Kali ini banyak buah yang dapat gue makan. Iyey! Rezeki anak solehah! :D tau aja, gue ini emang pecinta buah-buahan. Pecinta kamu juga kok. Iya, kamu yang masih niat baca tulisan aku. #eaaaa
Baru sehari kembali gue udah rindu untuk mengajar *Cih, gue lagi pencitraan abis cuti 12 hari*, sayangnya hari Jumat kala itu digunakan untuk latihan persiapan jamboree Hut ke-55 pramuka. *padahal gue seneng karena belum buat RPP :P* di sekolah anak murid membawakan rambutan untuk guru-guru. Rambutan ini punya Sela ternyata. Salah satu murid kesayangan gue di kelas 5. Anaknya cantik tapi hobinya merengut kalau sudah disuguhkan pelajaran matematika. Alhamdulillahnya doi selalu dapat nilai bagus di pelajaran matematika. Hehehe.
Singkat cerita Kak Dev *host fam gue* ngajakin gue selepas solat jumat untuk beli rambutan ke rumah Sela. Tak tanggung-tanggung gue diiming-imingi harga sekilo rambutan Cuma 10 ribu, siapa juga yang gak ingin. Sekitar jam dua siang gue dan Kak Dev sampai di rumah Sela, kami disuruh duduk di teras rumah oleh ayah Sela. Cukup lama menunggu, kami sambil bercerita tentang Sela di sekolah hingga tentang panen rambutan yang kali ini tidak begitu bagus karena banyak yang busuk.
Giliran gue yang syok ketika digiring ke kebun Rambutan oleh kakaknya Sela. Ternyata rambutannya dipetik sendiri-diri sudara-saudara! Eit, tapi ini pengalaman yang cukup menarik. Gue seolah mengulang masa kecil gue di kebun belakang rumah datuk dan oma. Rumah yang sekarang sudah dijual dan dijadikan rumah makan. Tidak seperti di rumah datuk dan oma dulu, pohong rambutan milik Sela ini cukup banyak dan pohonnnya kecil-kecil, sehingga cukup mudah untuk di petik langsung, atau dipanjat. Ah, sungguh mengingatkan masa lalu gue yang suka manjat. Hahaha.
Awalnya masih berusaha memakai galah, lama-lama kewalahan untuk mendapatkan yang merah-merah, dengan modal nekat Kak Dev manjat pohon. Padahal doi pakai baju kurung long dress.  Gue sekarang telah menjadi bundadari ayu nan lemah gemulai, tentunya hanya duduk bersimpuh mengambil rambutan yang telah jatuh sehabis dipetik Kak Dev. *Percayalah, ini beneran kebon jadi gak mungkin gue bisa duduk berisimpuh. :P *
Di tengah gue asik memunguti, gue mendongak ke atas
 dan jengjeng…
Kejadian horror itu terjadi. Gue melihat surga dunia bagi para lelaki. Sayanganya gue bukan berjenis kelamin laki-laki dan pemandangan itu cukup membuat gue trauma. Lama gue mematung, menetralisir keadaan, memastikan apa yang sebenarnya gue lihat. *
 “Han, buah rambutan yang ini tolong dipetik dong!” Kak Dev, menjetik mengembalikan gue ke dunia nyata atas rasa trauma yang baru saja gue lihat.
“I-iya Kak! Sebentar..” ucap gue.
Ini pengalaman gue saat memetik rambutan di Natuna, kalau kamu? :P

Tidak ada komentar:

Posting Komentar