Ini cerita
tentang kepulangan gue ke rumah ke tiga. Iya, Natuna. sebenarnya masih belum
ingin kembali ke sini. Bukan, bukan karena gue gak suka dengan keadaan di sini.
Cuma… Cuma… ya 12 hari kembali ke tempat-tempat di masa lalu, bertemu dengan
orang tersayang, berbagi mimpi yang dulu pernah digoreskan bersama, rasanya
belum cukup untuk kembali menyendiri. Bukan pula karena di Natuna gue gak punya
teman, tapi apa ya? Kadang kala gue merasa asing dengan bahasa daerah di ini. Gue
seolah gak bisa menjadi diri sendiri menggunakan bahasa sehari-hari gue.
Contohnya mana pernah gue mengucapkan kata “gue” di sini. *ups, ini kenapa gue
jadi curhat ya?* bhahaha
Oke, lanjut
cerita kembali ke Natuna, gue disambut mbok-mbok jamu bernama jeng Fenty
*tiba-tiba dimutilasi sama fenty* :P Fenty ini adalah salah satu pengajar muda
yang ditempatkan di Natuna *Cie, Fenty eksis di blog gue, cie* :P Selain
disambut turis jepang ini, gue juga disambut oleh aroma durian di sepanjang
jalan pulang, dan mata gue disuguhkan
pemandangan menggelantung buah manggis, rambutan dan beberapa buah tropis
lainnya. Ternyata kepulangan saya kali ini ke Natuna memasuki musim buah yang
cukup melimpah. Setelah selama hampir 8 bulan gue hanya dapat menelan buah
pisang dan semangka. Kali ini banyak buah yang dapat gue makan. Iyey! Rezeki
anak solehah! :D tau aja, gue ini emang pecinta buah-buahan. Pecinta kamu juga
kok. Iya, kamu yang masih niat baca tulisan aku. #eaaaa
Baru sehari
kembali gue udah rindu untuk mengajar *Cih,
gue lagi pencitraan abis cuti 12 hari*, sayangnya hari Jumat kala itu digunakan
untuk latihan persiapan jamboree Hut ke-55 pramuka. *padahal gue seneng karena
belum buat RPP :P* di sekolah anak murid membawakan rambutan untuk guru-guru.
Rambutan ini punya Sela ternyata. Salah satu murid kesayangan gue di kelas 5.
Anaknya cantik tapi hobinya merengut kalau sudah disuguhkan pelajaran
matematika. Alhamdulillahnya doi selalu dapat nilai bagus di pelajaran
matematika. Hehehe.
Singkat cerita
Kak Dev *host fam gue* ngajakin gue
selepas solat jumat untuk beli rambutan ke rumah Sela. Tak tanggung-tanggung
gue diiming-imingi harga sekilo rambutan Cuma 10 ribu, siapa juga yang gak
ingin. Sekitar jam dua siang gue dan Kak Dev sampai di rumah Sela, kami disuruh
duduk di teras rumah oleh ayah Sela. Cukup lama menunggu, kami sambil bercerita
tentang Sela di sekolah hingga tentang panen rambutan yang kali ini tidak
begitu bagus karena banyak yang busuk.
Giliran gue yang
syok ketika digiring ke kebun Rambutan oleh kakaknya Sela. Ternyata rambutannya
dipetik sendiri-diri sudara-saudara! Eit, tapi ini pengalaman yang cukup
menarik. Gue seolah mengulang masa kecil gue di kebun belakang rumah datuk dan
oma. Rumah yang sekarang sudah dijual dan dijadikan rumah makan. Tidak seperti
di rumah datuk dan oma dulu, pohong rambutan milik Sela ini cukup banyak dan pohonnnya
kecil-kecil, sehingga cukup mudah untuk di petik langsung, atau dipanjat. Ah,
sungguh mengingatkan masa lalu gue yang suka manjat. Hahaha.
Awalnya masih
berusaha memakai galah, lama-lama kewalahan untuk mendapatkan yang merah-merah,
dengan modal nekat Kak Dev manjat pohon. Padahal doi pakai baju kurung long dress. Gue sekarang telah menjadi bundadari ayu nan
lemah gemulai, tentunya hanya duduk bersimpuh mengambil rambutan yang telah jatuh
sehabis dipetik Kak Dev. *Percayalah, ini beneran kebon jadi gak mungkin gue
bisa duduk berisimpuh. :P *
Di tengah gue
asik memunguti, gue mendongak ke atas
dan jengjeng…
Kejadian horror
itu terjadi. Gue melihat surga dunia bagi para lelaki. Sayanganya gue bukan
berjenis kelamin laki-laki dan pemandangan itu cukup membuat gue trauma. Lama
gue mematung, menetralisir keadaan, memastikan apa yang sebenarnya gue lihat. *
“Han, buah rambutan yang ini tolong dipetik
dong!” Kak Dev, menjetik mengembalikan gue ke dunia nyata atas rasa trauma yang
baru saja gue lihat.
“I-iya Kak!
Sebentar..” ucap gue.
Ini pengalaman
gue saat memetik rambutan di Natuna, kalau kamu? :P
Tidak ada komentar:
Posting Komentar