11/06/17

Bersyukur Dismenore di Natuna

Dismenore adalah suatu penyakit yang melanda sebagian besar wanita saat sedang haid. Perasaan mual, ingin muntah, nyeri sakit seperti ditusuk-tusuk, pegal-pegal di seluruh kaki dan tangan dan pusing adalah salah satu gejalanya. Saya salah seorang korban bulanannya, bahkan saya masih mengalami sakit setalah hari ke lima haid. Pengalaman ini adalah pengalaman dismenore saya yang paling ekstrim dimana saya sudah tidak bisa berpikir dan hanya bisa berdoa, “Ya Tuhan selamatkan saya!”

(17/06/16) Saya, Fenty, Anin menginap di kediaman Kak Nika, induk semang Kak Fitri dengan tujuan ke Pulau Sedanau sambil melepas lelah. Versi kali ini adalah belanja-belanja. Kami menginap di Kecamatan Batubi Jaya, Desa Gunung Putri, tepatnya di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau.

Kepala saya terasa sedikit pusing di pagi hari. Saya pikir mungkin karena kurang minum saat sahur, kebetulan saat itu sedang bulan puasa.  Jam  delapan pagi, kami menuju ke sebuah pelabuhan kecil bernama Sebuton untuk dapat menyeberang ke Pulau Sedanau. Akses dari rumah Kak Nika menuju Sebuton sebagian besar bertanah merah. Kami harus berhati-hati menggunakan sepeda motor agar tidak terjatuh. Untungnya tadi malam hujan tidak datang.


Saya jarang sekali mabuk laut, namun selama perjalanan menuju Pulau Sedanau rasa mual mulai melanda. Ditambah terik matahari yang menyengat. Alhasil baru menjelajahi dua toko, saya sudah lemas. Energi negatif mulai mempengaruh saya. Saya ingin pulang! Tapi mengingat saya pergi bersama teman-teman yang lain dan saya harus bisa empati kepada yang lain. Akhirnya saya hanya diam menghemat energi.

Fenty dan Kak Fitri kemudian mampir ke rumah makan padang untuk makan siang. Kebetulan mereka sedang tak berpuasa. Saya hanya duduk lemas, menyender di meja karena lelah. Badan saya rasanya pegal-pegal tanpa sebab. Terbesit dipikiran apakah saya haid? Tapi seingat saya belum jadwalnya. Jam 1 siang, jukong (kapal kecil) yang tadi mengantar kami ke Pulau Sedanau datang menjemput.

Beban psikologis mulai terasa saat hujan turun mengguyur lautan. Ombak kencang beberapa kali menghalangi jukong, membuat jukong terombang-ambing. Saya benar-benar pusing saat itu. Saya hanya berdoa agar cepat sampai di Pelabuhan Sebuton. Doa saya satu jam kemudian terkabul. Tapi sebenarnya dari Pelabuhan Sebuton adalah awal perjuangan sesungguhnya. Tanah merah yang tadi pagi tidak begitu licin kini dipenuhi genangan air. Perjalan yang tadi pagi dapat ditempuh dengan waktu setengah jam sekarang tak bisa lagi. Perut saya sakit bukan main ketika itu, sepertinya saya benar-benar akan haid.

Saya berdua dengan Fenty menggunakan motor matik sementara Kak Fitri dan Anin menggunakan motor bergigi. Sepuluh menit pertama perjalanan berjalan lancar. Meskipun terkadang sempat licin dan hampir terjatuh. Saya hanya bisa berdoa agar jalan aspal segera muncul. Sayangnya setelah menit selanjutnya motor saya terjatuh berkali-kali karena licin. Fenty bahkan akhirnya memilih untuk jalan kaki dan saya tetap membawa motor. Baru jalan sedikit si motor tak dapat bergerak, semakin di gas, ban motor semakin masuk ke dalam tanah merah yang licin dan becek.





 Baju saya sudah tak berwarna selain coklat. Sepatu saya penuh dengan tanah. Tangan saya sudah penuh dengan tanah karena terjatuh berkali-kali. Rasa mual, pening dan lelah menghampiri. Sepanjang jalan sepi tak ada orang, Kak Fitri dan Anin sudah entah berada di sana. Ya Tuhan, udah gak tau mau ngapain kala itu. Saya hanya bisa melantunkan nama Tuhan dan berkali-kali mengulang doa perjalanan. Saya bahkan sudah enggan melihat ke depan jalan. Karena sepanjang melihat ke depan hanya ada hamparan tanah merah.




Satu jam lebih, saya berjalan tanpa melihat ke depan. Melihat kebelakang pun hanya da Fenty yang sedang berjaan kaki. Rasanya sudah di ujung maut. Sampai akhirnya saya menemukan jalan aspal yang menandakan sebentar lagi akan sampai di rumah Kak Nika. ALHAMDULILLAH!!!




Kak Nika bahkan kebingungan liat muka saya yang pucet. Katanya bibir saya ungu banget. Gak lama setelah mandi dan bersihin motor adzan magrib pun tiba. Rasa syukur tak henti-henti saat adzan datang. Saya berhasil melalui ujian hari itu!

Saya masiih merasa mual entah mengapa. Mungkin masuk angin. Saat mau solat tarawih ternyata saya keluar Haid. Pantas saja sedari pagi perasaan mual tak kunjung hilang. Rasa syukur tak henti-hentinya saya panjatkan meski sakit tidak terkita seperti diujung hidup, ternyata Tuhan masih memberikan saya kesempatan untuk dapat puasa penuh di hari itu. Hari itu saya saya semakin sayang sama Tuhan. :)



Taken photo by : Latin PM XIII, Kabupaten Natuna

2 komentar:

  1. Dan semalaman hujan deras kak, jalannya semakin bisa buat seluncuran hehe

    BalasHapus