Hei, Kamu yang
berusia 24 Tahun. Saya adalah kamu di usia ke -25. Saya juga belum ada
pengalaman apa-apa sih tentang usia yang ke – 25, maklum baru beberapa hari. :P
Tapi saya tau kok, kamu, atau pun kamu di usia yang sebelum-sebelumnya punya
angan-angan lucu, nikah sama orang Aceh dan tinggal di Kalimantan. Hahaha. Di
usia ini entah lah, saya rasa sudah tidak ada lagi harapan gila itu.
Di usia ini,
saya ibaratnya lagi panen hasil amalan kamu. Entah itu amalan baik atau amalan
burukmu. Kamu tau di usiamu ini, adalah masa-masa kejayaan meski sebagian
adalah masa suram. Semua keinginan-keinginanmu terkabul, bahkan yang belum kamu
inginkan pun Tuhan beri. Ya, itu tentang seseorang yang berniat menjadi
pendamping hidupmu, meski tau saat itu kamu divonis TBC.
Sayangnya di usiamu ini kamu menjadi sangat
riya merasa memiliki segalanya. Kamu lupa semua hanya titipan Tuhan. Sampai
kamu melakukan hal bodoh yang menyesatkan jalanmu. Memberi luka yang cukup
dalam hingga helaan nafas saya malam ini. Lalu siapa lagi yang harus saya
salahkan? Kamu kah? Dia kah? Atau Tuhan?
Maaf-maaf saya
menulis ini bukan ingin menyalahkan kelakuanmu. Saya hanya merasa tidak sanggup
saat ini. Tapi saya juga mau berterima kasih, jika tidak ada kamu, saya tak
akan mengenal yang namanya tersesat dan pulang. Ya di sini lah saya ingin
pulang. Melepas segalanya.
Mungkin kah
bisa? Mungkin kah sanggup? Jika surat ini sampai padamu rasanya saya ingin
bilang, pulang lah sebelum tersesat!
Tersesat itu menyakitkan, menimbulkan trauma yang tak terlupakan. Dan yang
pasti membuatmu merasa orang paling munafik sedunia. Sudah siap kah kamu untuk
pulang? Pertanyaan ini kerap saya tanyakan pada diri saya akhir-akhir ini.
Pulang bisa berarti melepas segala yang saya punya harta, jabatan, cinta,
nafas, jiwa. Sanggup kah saya? jujur tidak! Tapi bukan kah semua hanya titipan
Tuhan?
Hei, hari ini
saya belajar untuk mencintai Tuhan, merindukannya, menyanginya. Bukan kah
selama ini itu yang kamu cari? Namun kamu enggan untuk memulainya. Hingga
akhirnya hijab hanya sebagai pemanis selama 5 tahun ini. Ingatkah janjimu 4
Tahun lalu saat mengenakan hijab dengan tujuan memperbaiki diri? Jadi jangan
lah kamu tersesat. Jika kamu merasa tersesat segera lepaskan, agar kamu tak
lebih tersesat.
Saya percaya
kamu gadis tangguh. Hingga pada akhirnya kamu berani melepaskan saat sudah
tersesat meski dalam hati tak sanggup. Semoga kamu dan saya bisa berpulang,
semoga Tuhan memaafkan kita. Itu doa yang terus saya minta akhir-akhir ini,
semoga Tuhan meridoi kepulangan saya kali ini. Semoga saya tak harus tersesat
lagi dan merasakan luka yang sama.
Terima kasih
sudah memberi banyak pelajaran di tahun lalu untuk saya ambil hikmahnya di usia
ini. J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar