20/09/12

Namaku Jidan *TNGBTS 1



Hmm, perjalanan kali ini berawal dari naik kereta Matarmaja kelas ekonomi jurusan Pasar Senen-malang kota lama. Wuhu, ini perjalan kedua gue naik kereta dengan destini yang cukup memakan waktu. Hahaha, wong biasanya naik kereta cuma antara Sudimara dengan Tanah abang. :P
Perjalanan kami ini cuma modal nekat dan tekat, yap, gue mau ke MAHAMERU!!! Sebenarnya sih takut mampus setelah ternyata 3 cowo yang fix ikut tiba-tiba ga jadi ikut. Jadilah perjalan kali ini didominasi sama cewe-cewe kece yaitu gue, memei, dora, sasi, dan pijol sementara kubu cowo cuma ada Au, revo dan adiknya Revo (Rubi). Kebetulan mereka-mereka ini temen-temen MPL angkatan 8, sayangnya dari 19orang yang bisa ikut cuma 7 orang.
Setelah sedikit ngaret akhirnya kereta mulai berangkat jam setengah 3 kurang. Jam-jam pertama kita-masih bawel bersenda gurau. Jam 6 ke atas, udah pada mulai rungsing, bosen di kereta yang paling kasian si Au soalnya duduknya sendirian sementara yang lainnya berdua/bertiga. Gue sih kebetulan duduk bareng Dora yang depan-depanan dengan aktivis islami, Subhanallah ya, sejauh pejalanan ini gue masih aja diingetin saya tuhan. :P Depan gue dan Dora itu adalah bapak-bapak berjenggot dan berpeci, kedua anaknya beserta istrinya yang menggunakan cadar. Hmm, sedikit ngeri sih, tapi hati kecil gue mengingatkan kalau gak boleh diskriminasi! Dan, hoplah si ibu bercadar ini orangnya ramah kok.. J
Inilah keunggulan kereta ekonomi walaupun sudah ada nomor bangku tetep aja, banyak orang-orang yang duduk tidak sesuai nomor bangku dengan alasan mau dekat dengan sanak saudaranya. Hehehe. Untungnya dua cowo yang duduk depan-depanan sama si Memei dan Pijol mau mengalah dan duduk di tempat lain. Jadilah kami ber-7 (Sasi datang dari Surabaya) ngalor ngidul duduk sempit-sempitan saling berhadap-hadapan dikursinya Memei,Pijol dan dua cowo tadi.
Nah, masalahnya ini nih, kalau udah duduk bareng yang ada malah ngomongin nostalgia jaman SMA yang kebetulan pasti menjurus ke arah ‘kisah kasih di sekolah’. #eaaa. Mulai dari topik kisah-kasih yang terjadi antar angkatan 8 *udah kayak gini yang kena salah satunya pasti gue -___- * ,  kecengan Au jaman SMA, Si pijol yang ditaksir angkatan atas, Revo dengan kekasih SMA-nya, Memei dengan mantannya yang kebetulan anak MPL juga sampai-sampai gossip lintas angkatan, heu. Pokonya yang di kereta semuanya kena kecuali si Rubi *yaiyalah*
Malam mulai larut dan si Au mulai mengajak ngobrol anak-anak kecil yang belum tidur disekitar tempat duduk kami. Gue sempet berpikir si Au pedofil *Digampar au* Satu anak kecil diajak ngobrol sebentar sama si Au *kebetulan anak kecil ini, anaknya si aktivis islami tadi* tapi pembicaraan hanya berjalan sebentar. Au kemudian mengajak ngobrol anak cowo yang kebetulan lagi berdiri megang-megang stiker  di kursi, di belakang posisi duduknya Au. Dan di sini lah salah satu kesalahan terbesar si Au…………………
Begini lah kiranya percakapan antara Au dan si anak kecil tersebut. Sementara gue dan yang lainnya hanya mendengarkan pembicaraan mereka berdua.
Au sedang memulai percakapan
Au                   : De, belum tidur?
Si anak kecil : Belum om. om, ini ada dimana sih?*sambil nunjuk stiker transformer yang pegang, dengan sura medok khas jawa*
Au                   : di sini gak ada de. Belum ada yang bisa nyiptain kayak ginian.
Au masih semangat menerangkan
Si anak kecil  : tapi aku mau liat ini om.
Au                   : Makanya kamu belajar biar bisa buat kayak ginian.
Si anak kecil : Aku bisanya buat orang. buat t*tit, om.
*Dan gue cukup syok mendengar jawaban si anak kecil ini.*
Au                   : He, kamu gak boleh begitu. Emang kalau udah gede mau jadi apa?
Si anak kecil : Aku kalau udah gede mau jadi moster.
*Gue kembali syok*
Au                   : ……………………… *speechless juga kayaknya*
Si anak kecil : aku mau jadi hantu. Hihihihi.
Au                   : kamu namanya siapa de? *mengalihkan pembicaraan kayanya*
Si anak kecil  : namaku Jidan. Eh, aku punya dua nama. Aku punya dua nama loh.
Au                   : Siapa de?
Si anak kecil : Iya aku punya dua nama…
AU                   : iya siapa?
Si anak kecil : aku punya dua nama om.
Au                   : …………….. *mulai capek kayaknya*
Si anak kecil : Namaku bisa Jidan bisa Diki. Nama om siapa? *akhirnya menjawab juga*
Au                   : Nama om juga Jidan.
Si anak kecil : Ah, boong…
Au           : Ih bener. Yang ini juga Jidan. *nunjuk Rubi yang kebtulan duduk disebelahnya*
Si anak kecil : oh iya? Semuanya namanya Jidan? Yang ini Jidan, yang ini Jidan, yang ini juga Jidan, yang sana Jidan, semuanya Jidan. Hehehehehe *ketawa ceriwis sendiri, sambil menunjuk satu-satu dari kami dan beberapa orang lainnya di kereta.*
Au                   : ……..
Ibunya si Jidan: Jidan, tidur, jangan ganggu kakanya.
Si anak kecil : gak mau. Mau ngobrol sama om.
Gue                : Mampus lo Au.
Si anak kecil : eh, aku orang Blitar loh. Aku dari Jakarta, ketemu bapak. Bapak mau ngekolahin aku di Jakarta. Aku,,, disuruh tinggal di Jakarta. *ujar Jidan sambil terbata-bata*
Gue                : Emang Jidan orang mana?
Si anak kecil : aku orang kampung.
Gue                : oh………. *syok sendiri sama jawaban Jidan*
Si anak kecil : aku orang kampung. Kampungnya dimana?  di Blitar. Kakak mau kemana? Bla-bla-bla-bla-bla….
*percakapan panjang masih terjadi antara Jidan dan dirinya. #nahloh abisnya dia banyak ngomong sendiri dan menjawab pertanyaannya sendiri.* hehehe. Ya, pokoknya Jidan masih ngobrol sama Au dan yang lainnya.
masih pada tidur
Gue beringsut kembali ke tempat duduk gue karena mulai mengantuk. Gue udah gak tau lagi arah pembicaraan si Jidan dan Au. Jam 3 pagi gue ke bangun. Aktivis islami yang duduk di depan gue turun di Madiun. Gue melirik ke kursi tempat duduk yang lain mereka masih pada tidur, kecapean kayaknya. Dan tiba-tiba aja, Jidan muncul dari belakang kursi yang Au tiduri. Tanpa aba-aba Jidan tersebut bertanya entah ke siapa.
“Nama aku siapa?”
Gue menengok ke belakang. Tidak ada orang lain lagi. Gue yang masih setengah sadar, kebingungan menanggapi pertanyaan Jidan.
“Nama Aku Siapa?” Jidan mengulangi pertanyaannya, layaknya film horror Chuky. Dan gue kembali duduk di kursi gue, pura-pura tak mendengar pertanyaan Jidan.
 *bersambung….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar