02/09/17

DIPERCAYA


Saya sangat percaya perumpamaan “Tak Kenal maka Tak Sayang”. Seperti layaknya manusia pada umumnya saya terkadang sibuk menghakimi orang di sekeliling saya, yang bahkan belum saya kenal. Hal ini tentunya tidak akan menjadi masalah selama saya tidak berhubungan langsung dengan orang tersebut. Namun bagaimana jika saya dihadapkan pada situasi dimana saya harus terus berinteraksi dengan orang tersebut?


Berawal dari sana, saya berusaha sebisa mungkin menghilangkan pradigma-pradigma negatif yang saya timbulkan sendiri. Di mulai dari hobi saya yang suka share cost travelling dengan orang-orang baru saya kenal. Di sana lah saya mulai terbiasa belajar untuk tidak menghakimi dengan pradigma-pradigma negatif saya terhadap orang baru. Dari berkenalan dengan peminum aktif, pemain judi kelas atas bahkan mucikari kelas bawah. Mungkin kalian akan berpikir “Are you okay, Han?”
Yes, Im okay! Bagaimanapun juga mereka manusia sama seperti kita. Meskipun saya pakai kerudung tak lantas mereka enggan berteman dengan saya. See? Mereka mau kok berteman dengan saya, lalu mengapa saya harus sibuk menghakimi mereka?

Seperti Tumbuhan Ini yang Dipercaya Tumbuh oleh Tuhan di antara Ubin
(Dokumen Pribadi)

                Saya percaya di atas hitam ada putih. Begitu pun mereka, se-hitam (Ah, lagi-lagi saya mulai menghakimi) apapun kehidupan mereka tetap menghargai saya dan tetap menyayangi saya. Bahkan mereka melindungi saya dengan mengingatkan saya untuk tidak melakukan hal-hal yang mereka biasa lakukan. Mereka sadar bahwa mereka ingin berubah. Hal ini yang membuat saya menghargai apa yang mereka lakukan. Saya percaya apa yang mereka jalani saat ini bukan karena mereka salah, tapi karena pilihan yang mereka lakukan adalah hasil dari kemampuan dan pikiran mereka saat itu.  Yang paling menarik adalah mereka mempercayai saya untuk membantu mereka berubah.


                Apa perasaan kalian jika dipercaya untuk melakukan sebuah perubahan? Itulah yang saya rasakan ketika mereka meminta bantuan saya agar mereka dapat berubah. Padahal saya hanya butiran tepung aci di antara cimol mentah, yang masih rentan kesalahan. Itu adalah hal-hal kecil yang mampu membuat saya merasa bahagia. Dipercaya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar