Saya sangat
percaya perumpamaan “Tak Kenal maka Tak Sayang”. Seperti layaknya manusia pada
umumnya saya terkadang sibuk menghakimi orang di sekeliling saya, yang bahkan
belum saya kenal. Hal ini tentunya tidak akan menjadi masalah selama saya tidak
berhubungan langsung dengan orang tersebut. Namun bagaimana jika saya
dihadapkan pada situasi dimana saya harus terus berinteraksi dengan orang
tersebut?
Berawal dari
sana, saya berusaha sebisa mungkin menghilangkan pradigma-pradigma negatif yang
saya timbulkan sendiri. Di mulai dari hobi saya yang suka share cost travelling dengan orang-orang baru saya kenal. Di sana
lah saya mulai terbiasa belajar untuk tidak menghakimi dengan pradigma-pradigma
negatif saya terhadap orang baru. Dari berkenalan dengan peminum aktif, pemain
judi kelas atas bahkan mucikari kelas
bawah. Mungkin kalian akan berpikir “Are
you okay, Han?”
Yes, Im okay! Bagaimanapun juga mereka manusia sama seperti kita.
Meskipun saya pakai kerudung tak lantas mereka enggan berteman dengan saya. See? Mereka mau kok berteman dengan
saya, lalu mengapa saya harus sibuk menghakimi mereka?
![]() |
Seperti Tumbuhan Ini yang Dipercaya Tumbuh oleh Tuhan di antara Ubin (Dokumen Pribadi) |
Saya
percaya di atas hitam ada putih. Begitu pun mereka, se-hitam (Ah, lagi-lagi
saya mulai menghakimi) apapun kehidupan mereka tetap menghargai saya dan tetap
menyayangi saya. Bahkan mereka melindungi saya dengan mengingatkan saya untuk
tidak melakukan hal-hal yang mereka biasa lakukan. Mereka sadar bahwa mereka
ingin berubah. Hal ini yang membuat saya menghargai apa yang mereka lakukan. Saya percaya apa yang mereka jalani saat
ini bukan karena mereka salah, tapi karena pilihan yang mereka lakukan adalah
hasil dari kemampuan dan pikiran mereka saat itu. Yang paling menarik adalah mereka mempercayai
saya untuk membantu mereka berubah.
Apa
perasaan kalian jika dipercaya untuk melakukan sebuah perubahan? Itulah yang
saya rasakan ketika mereka meminta bantuan saya agar mereka dapat berubah.
Padahal saya hanya butiran tepung aci di
antara cimol mentah, yang masih rentan kesalahan. Itu adalah hal-hal kecil
yang mampu membuat saya merasa bahagia. Dipercaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar