15/10/17

Kriminal?!


Kejadian ini baru gue alami beberapa hari yang lalu. Pada dasarnya gue ini adalah cewek idealis yang menjujung tinggi nilai kejujuran. Entah kenapa Kamis kemarin gue seperti sedang di uji mati-matian oleh Tuhan.

Berawal dari kegundahan gue yang tiba-tiba di vonis tipes ketika bentar lagi masuk kerja.  Salah satu syaratnnya gue harus bersih dari bakteri salmonella si gelo itu. #eh maksudnya salmonella Shigela. Dokter menyuruh gue untuk minum obat dan istirahat selama 10 hari. Setelah penantian panjang itu, Kamis kemarin gue cek darah lagi. Total sudah 3 x gue cek darah dan hasilnya si bakteri tercinta itu masih bersemayam di tubuh gue.


Sementara perusahaan tempat gue akan kerja udah entah kesekian kalinya nanyain hasil lab gue yang sudah bersih. Setengah udah jengkel menunggu kesembuhan total dan capek untuk ambil darah ulang lagi, pikiran nakal gue mulai bekerja.

Dan beginilah hasilnya................


Hasil Lab terakhir





Ini adalah hasil Lab saya 10 hari sebelumnya




hasil Lab hari Kamis yang mau saya palsukan, dengan menempelkan berkas yang lama



Hasil yang sudah di fotocopy dan rencananya akan di serahkan 




Sorenya gue di tanya lagi oleh pihak perusahaan karena gue belum juga kirim hasil. Gue udah siap ngirim hasil palsu yang sudah di edit. Tiba-tiba malaikat Rokib seperti ngebisikin gue. “Han! Lu mau ngapain, nyusahin diri aja. Kalau lu kenapa-kenapa di tempat kerja gimana? Udah jujur aja, Han! Sejak kapan pikiran lo jadi picik gitu?”

 Dan entah mengapa semua usaha yang udah gue lakukan mulai dari beli lem, pulpen gel dan gunting lenyap begitu saja. Gue langsung kirim via WA foto asli (foto 1) yang belum di edit sama sekali (kebetulan yang asli emang gue foto duluan buat jaga-jaga). Segala ketakutan, kejengkelan, kekesalan dan rasa gak ikhlas karena gue masih sakit Tiba-tiba hilang semua. Rasanya plong banget, nyaman dan legowo, meski pada akhirnya berarti gue harus mencari pekerjaan lainnya lagi. Semangat!!! J

14/10/17

About MIRROR-ing



Well, sudah lama juga gue gak nulis di blog. Kalian apa kabar?

 Tulisan ini sebenernya sudah lama sebenarnya gue mau nulis ini tapi tangan sukan males ngetik. Hahaha. Kenapa judulnya ada mirror nya? Karena memang gue mau membahas tentang itu meski bukan kaca juga sih. :P

                Bermula saat gue di percaya jadi mentor di supercamp 7 habits of highly effective people for teen by dunamis. By the way, Dunamis lagi buka supercamp yang buat remajanya loh, bisa cek di sini gengs. *malah promosi* balik lagi ke pembahasan awal. Salah satu habits dari 7 habits karangan Steven Covey adalah  “seek first understand then to be understood” atau maknanya adalah pahami sekitar baru minta dipahami.

Akhirnya gue jadi tau ternyata kalau orang nyaman sama kita itu secara gak sadar dia akan mengikuti gaya gaya/gerak-gerik kita.  Gue tau, setelah nonton video license Steven Covey. Di video itu ada 2 tipe orang agry man and smile man. Dimana ketika smile man membuat responden merasa nyaman sementara agry man tak mengubris responden dan terkesen jutek. Setelah sekitar 10 menit mengobrol agry man melakukan gerak-gerik namun tak ada satu pun responden yang mengikuti. Berbeda dengan smile man, semua perubahan gerak mulai dari memegang hidung, menggaruk-garuk kaki, semuanya diikuti oleh responden tanpa sadar. Kalian tau apa bedanya antara si agry man dan smile man? Smile man mendengarkan cerita responden sementar agry man mendengarkannya secara malas-malasan bahkan mendominasi cerita.

Awalnya sih gue gak percaya sampai dilihatin hasil foto saat uji coba langsung. Semenjak itu gue percaya kalau mau dipahami ya memang harus memami orang lain. Kalau mau tau orang itu nyaman atau tidak sama gue, tinggal liat gesture tubuhnya yang secara gak langsung mengikuti gue atau enggak. Yaps, this is mirroring!


ketika rasa nyaman muncul, mereka melakukan gaya sama termasuk senyum
(Dok. Pribadi, saat supercamp)


Sekitar satu bulan setelah itu gue ikut pelatihan life coaching by loop institute. Ada hal baru yang gue pelajari di sana dengan kasus sama persis. Istilahnya lihat sudut pandang yang berbeda. Menurut Coach Rini Haerinnisya-salah satu fasilitator life coaching, ketika ingin lebih active listening and aware with coachee/client gue bisa dengan cara mensejajarkan pemikiran kita dengan client dan tentunya mencoba mengikuti gerak-gerik si client. Di sana kita dapat merasakan apakah client nyaman dengan kita, ragu atau jangan-jangan merasa terintimidasi dengan kita.


ketika kurang nyaman, kaki lawan bicara (baju merah) cenderung menjauh 
(Dok. Pribadi, saat supercamp)



Jika sebelumnya di Dunamis gue belajar untuk mengetahui lawan bicara nyaman ngobrol ketika mereka mengikuti apa yang gue lakukan, maka di Loop gue belajar bahwa untuk mengetahui lawan bicara nyaman ngobrol  adalah dengan cara ikut merasakan dari gerakan yang lawan bicara gue lakukan.


Well itu lah mirroring! So, jika kamu mau coba apakah teman kamu nyaman ngobrol sm kamu, kamu bisa coba dua cara ini. Pssst, ini bisa juga dilakukan buat loh gebetan kamu naksir atau enggak. Hahaha. Good luck ya guys..! J